Gigi susu merupakan deretan gigi yang tumbuh pertama kali di dalam mulut. Gigi ini nantinya akan tanggal atau copot sendiri pada waktunya dan digantikan oleh gigi-gigi permanen. Namun, pada beberapa kasus, ada juga gigi susu tak kunjung tanggal meskipun sudah waktunya. Pada saat inilah banyak orang tua yang bertanya, perlukah cabut gigi susu?
Memang ada waktunya gigi susu untuk tanggal sendiri dan digantikan dengan gigi permanennya. Namun, ada beberapa kasus di mana gigi susu tak kunjung tanggal. Bahkan, terkadang hal tersebut terjadi saat gigi permanen sudah mulai terlihat ke permukaan. Kondisi ini sering disebut sebagai persistensi.
Persistensi bisa terjadi karena adanya gangguan nutrisi atau arah tumbuhnya gigi permanen yang tidak sesuai dengan arah tumbuhnya gigi susu yang digantikannya. Persistensi juga bisa terjadi akibat keadaan lengkung rahang yang sempit, sehingga gigi tidak cukup untuk tumbuh.
Kondisi ini tentu akan membuat orang tua khawatir apakah akan terjadi masalah pada pertumbuhan dan perkembangan gigi si Kecil. Kondisi ini membuat beberapa orangtua memilih untuk cabut gigi susu anak.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua saat memutuskan cabut gigi susu anak. Yang pertama, baiknya anak sudah berusia di atas enam tahun. Sebab, mencabut gigi susu anak di usia terlalu dini bisa menyebabkan gigi baru tumbuh dalam kondisi bengkok.
Kemudian, pastikan gigi telah dalam keadaan benar-benar hampir lepas. Hal ini bertujuan untuk menghindari perdarahan dan rasa sakit yang parah akibat cabut gigi. Jangan mencabut gigi yang goyang akibat kecelakaan atau masalah gigi tertentu tanpa bantuan dokter. Pencabutan gigi berpotensi menimbulkan komplikasi serius jika dilakukan sendiri.
Kapan Sebaiknya Cabut Gigi Susu Dilakukan?
Terkadang, dokter akan menyarankan cabut gigi susu anak meskipun gigi tidak goyang. Tindakan tersebut dilakukan jika terjadi masalah dalam pergantian gigi susu ke gigi permanen. Proses cabut gigi susu mau tidak mau harus dilakukan ketika ada gangguan atau masalah pada rongga mulut sebagai berikut.
Saat Gigi Susu Mulai Goyang
Gigi susu yang mulai goyang adalah pertanda bahwa harus segera dicabut. Sebenarnya, penanganan di rumah dapat dilakukan, yaitu dengan menggoyangkan gigi tersebut setiap hari. Jika kondisi gigi dan mulut aman, Anda dapat mencabutnya sendiri.
Jika tidak ingin mengambil risiko, biarkan gigi susu copot dengan sendirinya. Anda juga bisa menemui dokter gigi di rumah sakit terdekat untuk mencabut gigi susu. Serahkan pada ahlinya, agar tidak menimbulkan masalah kesehatan lain, atau trauma pada anak.
Tidak Ada Cukup Ruang untuk Gigi Permanen
Ukuran rahang yang kecil umumnya disertai dengan ukuran gigi susu yang kecil pula. Padahal, ukuran gigi dewasa yang tumbuh nantinya bisa saja jauh lebih besar daripada gigi susu. Minimnya ruang membuat gigi dewasa yang baru keluar saling menumpuk dan terkesan tidak rapi. Bahkan, tak jarang gigi permanen sulit keluar karena tidak punya ruang untuk tumbuh.
Satu-satunya pilihan untuk memperbaiki struktur gigi seperti ini yaitu dengan pemasangan behel gigi. Tak hanya merapikan gigi, cara ini juga membantu memperbesar ukuran rahang yang minim.
Gigi Susu Tak Kunjung Tanggal
Sebelum usia 17 tahun, seluruh gigi susu harusnya telah copot dan digantikan dengan gigi permanen. Sayangnya, tidak semua anak mengalami fase gigi tanggal sesuai waktunya. Cabut gigi susu biasanya dijadikan pilihan jika gigi susu tidak tanggal sampai dewasa. Jika tidak dicabut, kemungkinan akan terjadi penumpukan gigi yang memicu rasa sakit.
Timbul Infeksi
Saat gigi susu mengalami kerusakan akibat infeksi, masalah tersebut dapat meluas sampai ke pulpa. Pulpa adalah lapisan terdalam setelah enamel dan dentin. Infeksi pada pulpa dapat mengakibatkan masalah serius. Apalagi, pulpa merupakan pusat atau inti gigi yang tersusun dari pembuluh darah, saraf, serta jaringan lunak lainnya. Jika tidak dicabut, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Saat Gigi Susu Mengalami Karies
Saat gigi susu anak mengalami pengikisan atau berlubang karena terlalu sering mengonsumsi makanan manis, mereka bisa saja mengalami gigi karies. Karies pada gigi akan menyebabkan rasa sakit yang dapat berujung pada anak yang terus menangis dan rewel. Jika sudah begitu, sebaiknya ibu temui dokter untuk melakukan pencabutan gigi.
Risiko Membiarkan Gigi Susu
Persistensi gigi susu yang tidak ditangani dengan baik dapat berisiko menyebabkan masalah kesehatan, baik pada proses pertumbuhan gigi maupun pada kesehatan gusi dan mulut. Beberapa masalah utama yang disebabkan oleh persistensi gigi susu adalah:
Infraoklusi
Infraoklusi adalah kondisi di mana gigi permanen mulai tumbuh di samping gigi susu yang belum tanggal. Hal ini membuat posisi gigi susu lebih rendah dan memiliki bentuk yang berbeda dari gigi permanen yang ada di sebelahnya. Perbedaan tinggi antara gigi susu dengan gigi permanen dapat menyebabkan komplikasi pertumbuhan gigi lain, seperti gigi tumbuh miring dan tidak sempurna.
Trauma Oklusi
Trauma oklusi merupakan kerusakan jaringan di sekitar gigi, seperti gusi dan tulang penyangga gigi, akibat tekanan antargigi yang terlalu kuat. Kondisi ini terjadi karena ukuran gigi susu yang berbeda dengan gigi permanen, sehingga menyebabkan posisi gigi atas dan gigi bawah tidak selaras atau tidak rata.
Diastema
Diastema atau kerenggangan antargigi terjadi akibat ukuran gigi susu yang kecil, sehingga menyebabkan terbentuknya jarak atau celah di antara gigi satu dengan gigi lainnya. Diastema dapat menyebabkan penampilan gigi dan senyum menjadi kurang menarik.
Selain beberapa gangguan perkembangan gigi di atas, persistensi gigi sulung yang tidak kunjung mendapatkan penanganan juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan lain, seperti gigi berlubang, infeksi gusi atau periodontitis, dan pengeroposan tulang penyangga gigi.